GEJOLAK.COM – Tanaman Porang sedang menjadi primadona untuk dibudidayakan petani. Pasalnya, komoditi ini memiliki peluang pasar yang cukup besar. Apalagi permintaan ekspor dan pasar dalam negeri baru terpenuhi sekitar 10 persen.
Namun, LaNyalla menyarankan agar pengembangannya dalam skala luas dan lengkap dari hulu ke hilir dengan kelembagaan petani yang kuat.
“Porang punya potensi besar sebagai produk ekspor yang akan mendatangkan banyak devisa bagi negara. Kita ingin tanaman porang ini dijadikan komoditas super prioritas,” kata LaNyalla di sela reses di Madiun, Minggu (1/8/2021).
Salah satu tempat sentra budidaya porang adalah Madiun, Jawa Timur. Pada tahun 2020, luas lahan budidaya porang di Madiun mencapai 5.363 hektare dan terletak di sejumlah kecamatan, yaitu Saradan, Kare, Dolopo, Dagangan, Mejayan, Gemarang, Wungu, Wonoasri, Pilangkenceng, dan Madiun.
Oleh karena itu, Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mendukung Kementerian Pertanian (Kementan) untuk terus mengembangkan industri porang.
Kementan mendorong Madiun tak hanya sekedar menjadi sentra budidaya, tapi melakukan juga sebagai sentra industri olahan porang. Nantinya ekspor porang bukan lagi dalam bentuk umbi, tetapi sudah dalam bentuk olahan.
“Porang ini mengandung glukomanan yang menurut para ahli mempercepat rasa kenyang, memperlambat pengosongan perut. Makanya di Jepang porang dijadikan sebagai bahan baku beras shirataki, beras yang digunakan untuk berdiet. Nah, kita juga ingin nantinya masyarakat global bisa mengenal beras porang dari Madiun,” ucapnya.
Tak hanya bahan baku beras diet, menurut LaNyalla, porang juga diolah menjadi bahan campuran pada produk kue, roti, es krim, permen, jeli, selai, dan bahan pengental pada produk sirup dan produk kosmetik.
Oleh karena itu, LaNyalla meminta pemerintah mempersiapkan dengan matang rencana pengolahan Porang. Terutama sarana dan prasarana industri serta teknologi pengolahan agar standar ekspor. Bisa juga dengan menggandeng perusahaan yang memiliki pengalaman dalam bidang pengolahan bahan baku makanan.
“Perlu juga memperhitungkan kuantitas hasil porang dari para petani. Jangan sampai setelah ada industri pengolahan, sudah masuk pasar ekspor, ternyata pasokan bahan baku kurang. Jadi harus dipersiapkan sebaik-baiknya,” lanjutnya.
LaNyalla meminta agar Kementan dan pemerintah daerah melakukan upaya akselerasi. Para petani porang perlu diberikan sejumlah program dan bimbingan sehingga budidaya yang dilakukan berhasil.
“Banyak cara yang bisa dilakukan dalam percepatan pengembangan porang. Misalnya bantuan pupuk dan bibit. Juga pendampingan dalam bentuk bimbingan teknis dan kemitraan,” ungkapnya.
Selain beberapa bantuan itu, menurut LaNyalla, sektor permodalan perlu dibantu juga oleh Kementan.
“Paling tidak Kementan ikut memfasilitasi para petani agar mudah dalam mengakses kredit usaha rakyat (KUR),” ungkapnya.(*)